Safety First! Yes, That is it. Inilah slogan yang harus dijunjung tinggi setinggi langit di angkasa seperti kata Ahmad Dhani featuring Agnes Monica dalam lagu Cinta Mati. Namun sayang, di sini kita tidak akan membahas lagu tersebut. Padahal B suka lagunya. *Ya Terus?* Ohya, Call me B ya kalau menyebut Baiklian terasa kepanjangan. B is for Bitch.
Tuan memikirkan secara masak di atas tungku api, perlengkapan keamanan yang harus disandang dan dipapan selama bersepeda. Berikut kita saksikan perlengkapan yang digunakan oleh Tuan Davlian selama bersepeda, setelah pesan-pesan berikut.
*Pesan pertama: Pesan jodohnya satu saja dari Tuhan*
*Pesan kedua: Pesan satu piring nasi goreng, minumnya satu gelas teh manis ke Mamang Bandot*
*Pesan ketiga: “Kata mama, gosok gigi sebelum bobo yaaa”*
TOPI
Kita mulai dari atas ya, karena segala sesuatu pasti dimulai dari atas turun ke bawah. Just like, from eyes go down to heart. *ahey!*
Topi ini berfungsi sebagai pelindung kepala dari sengatan matahari sekaligus sengatan hatimu. Kenapa topi, bukan helm sepeda? Sebenarnya Tuan Davlian ingin menggunakan helm sepeda. Hingga tuan menelusuri di dunia maya harga helm sepeda, ternyata cukup mahal—antara 300K-500K—dan tidak sesuai dengan harapan Tuan Davlian. Setelah dicari-cari kembali, *aha!* ada yang sesuai dengan minat dan bakat, yaitu antara 75K-100K. Khusus yang 75K, pemesanan bisa via telepon. Diteleponlah si toko ini oleh Tuan. Namun, setelah ditanya-tanya tentang helm sepeda tersebut, ternyata bahannya terbuat dari kulit bukan plastik keras.
Dipikir secara setengah matang, NEXT. Ada yang harganya sekitar 100K dan bisa beli langsung di Mal Mangga Dua. Dengan keyakinan teguh dan hati ikhlas penuh, Tuan pergi ke toko tersebut hari Minggu. Karena baru pertama kali ke mal tersebut, butuh waktu cukup lama menemukan toko tersebut. Hingga ditemukan, toko itu dalam keadaan tertutup seperti hatimu yang selalu tertutup untuk rasa ini. *ihiks*
Helm tak dapat, topi pun jadi. Rencana finansial pun berubah, dana untuk helm digantikan ke topi. Tempatnya di Pulogadung, Tuan awalnya secara iseng menanyakan harga topi dan melihat model topi. Setelah dipikir secara mentah-mentah, topi yang tepat digunakan adalah yang berwarna putih karena berdasarkan ilmu yang sudah diperoleh sejak brojol, warna (sebenarnya juga bukan warna) putih sulit menyerap panas matahari sehingga kepala tidak akan kepanasan saat bersepeda. Pun harganya yang ternyata jauh lebih murah daripada helm, sekitar 10K. Pembelian topi pun terjadi dengan begitu sengit antara Tuan Davlian dengan si penjual topi, berikut kejadiannya:
Tuan Davlian: “Ini berapa, Pak, harga topinya?” Tawar Tuan yang sebenarnya sudah tahu harga topinya *hiqigihiqigi*
Bapak Topi: “Oh, itu sepuluh ribu, Bang.” Jawab Bapak Topi yang seketika itu juga dalam hati Tuan merasa awkward dipanggil “Bang” *emangnya Tuan davlian supir angkot?!*
Tuan Davlian: “WOW!!! MAHAL BANGET, PAK!” Sontak kaget Tuan sambil melotot hingga mata hampir copot
Bapak Topi: “ITU SUDAH MURAH, BANG” Kejut bapak itu menatap pesona pelototan mata Tuan Davlian yang masih dipanggil “Bang”
Tuan Davlian: “Hemmm... dua puluh ribu tiga saja ya, Pak. Ambil banyak tuh.” Tawar Tuan sambil melorotin satu sisi bahunya dan mengedipkan satu matanya *iyuh bang to the nget yah, Tuanku ini*
Bapak Topi: “Baiklah.” Sepakat bapak itu setelah muntah lihat perbuatan nista Tuan dan juga tak mau berlama-lama serta B juga malas tulis panjang-panjang dialog fiktif antara mereka berdua
MASKER
Pelengkapan selanjutnya adalah masker. Ya! Fungsi dari masker ini adalah untuk memuluskan kulit wajah yang dipakai setiap menjelang tidur agar tetap awet muda dan bisa bikin banyak yang nempel karena pancaran maut dari sinar wajah yang mulus. Pakailah yang dari bengkoang setiap malam agar wajah anda mulus semulus pantat bayi atau pantat ciewek-ciewek latin *WOIII! ITU MASKER ADONAN WOIII!!!*
Masker yang dimaksud Tuan ini adalah masker untuk menutupi wajah bagian bawah mata hingga ke leher sehingga melindungi wajah buruk nan rupawan Tuan dari polusi yang sungguh kejam dan menyesakkan kalbu. As we all know, Jakarta bukanlah Jakarta bila tanpa polusi yang pekat. Apalagi, jalanan yang dilewati oleh Tuan Davlian merupakan daerah industri atau pabrik dengan sejuta partikel asap yang melewati cerobong pembuangannya. Jelas sudah, bukan? Masker yang digunakan berupa kain yang cukup tipis dan cukup lebar untuk menutupi bagian yang diinginkan. Harganya pun cukup terjangkau alias murah. Tuan membelinya juga di Pulogadung dengan harga lima belas ribu rupiah untuk tiga kain. Di rumah sebenarnya juga ada kain yang sejenis satu buah. Jadi, Tuan Davlian memiliki kain yang dapat difungsikan sebagai masker sebanyak: 3 tambah 1 berapa? Ya betul, Empat.
Fungsi dari masker ini pun bukan hanya untuk melindungi wajah buruk nan rupawan Tuan. Selain itu, fungsi adalah dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Suatu kali ketika Tuan sedang mengayuh sepedanya, seonggok motor busuk menyalib Tuan dari belakang. Seketika itu juga, dari balik masker yang dipakai Tuan, terucap umpatan manis manja yang tersembunyi seperti “(&(*FFFUUUCKK(&(**%&^$$”aaanYYYiiiNGG@@$^*()*(*)”.
MANSET
Pernah lihat semacam kain yang membelit lengan pada seorang wanita berkerudung yang bermaksud menutupi auratnya? Ya, itulah yang dinamakan manset. Perlengkapan setelah topi dan masker adalah manset. Fungsi yang diinginkan dari manset ini bagi Tuan Davlian adalah untuk melindungi kulit lengan eksotis erotis Tuan dari sengatan matahari dan debu polusi Jakarta yang dahsyat. Tentu saja ini jadi salah satu bagian terpenting selama Tuan bersepeda, sama pentingnya perhatian kamu ke aku.
Sesungguhnya inspirasi penggunaan manset ini dari bapak-bapak tua yang bersepeda di jalanan dengan kulit lengannya yang telah gosong akibat tersiram sinar matahari yang panas tanpa perlindungan apapun. Melihatnya saja Tuan dapat membayangkan begitu banyak sel kanker sedang menari dan bernyanyi di bawah selapis kulit bapak tersebut. Kanker, teman-teman, kanker *ihiyyy ngeri*. Manset yang dibeli oleh Tuan di hemmm namanya apa yang tepat yah, pintu air mungkin, seharga lima ribu rupiah saja untuk sepasang manset. Biar Tuan tidak keseringan cuci di hari minggu, hari yang seharusnya dipakai untuk berguling-guling di kasur, Tuan membeli tiga pasang manset. Berbekal ilmu pengetahuan dalam kotak makanan, Tuan memilih warna putih agar tidak menyerap sinar matahari yang membuat panas dan gerah dibanding warna lain.
For your information, sebenarnya Tuan Davlian sudah punya satu pasang manset warna hitam. Manset hitam ini sudah ada sejak Tuan masih duduk diri jongkok di bangku SMA untuk pelatihan yang saat itu Tuan anggap bakal seru dan ternyata, it is. Sayangnya, warna hitam akan membuat panas jika dipakai. Sayangnya lagi, seiring berjalannya waktu tanpa dirimu di sisiku, fungsi manset itu telah dialihkan hingga sekarang menjadi KAOS KAKI, SODARA-SODARA! Sudah bolong-bolong pula akibat begitu busuknya kaki Tuan sama seperti hatinya *sssttt...jangan bilang-bilang yaa*
SARUNG TANGAN
Perlengkapan keamanan yang satu ini sebenarnya tidaklah begitu penting. Namun, didapat dari pengalaman teman Tuan yang mengendarai motor tanpa memakai sarung tangan, punggung tangan mereka menjadi lebih gelap karena terbakar sinar matahari. Bukan hal yang lucu jika kita melihat kulit menjadi belang, kecuali di ‘bagian tertentu’. You know what i mean, yeah!
Sarung tangan yang digunakan ini didapat inspirasinya dari sebuah peristiwa tukeran kado dengan teman-teman Tuan. Waktu itu, Tuan dengan licik dan senangnya merencanakan isi kado berupa sarung tangan kuli dan kaos kaki untuk temannya. Dan yang sangat beruntung mendapatkannya adalah Koi. Sabar yah, Koi. Tuanku yang busuk namun tampan ini memang begitu.
Hanya satu kekurangan pemakaian sarung tangan ini bagi Tuan Davlian. Tuan menjadi sulit untuk mengupil karena ukuran jarinya bertambah besar karena berbalutkan sarung tangan. Namun, hal itu merupakan salah satu keberuntunganku. Males banget ‘kan kalau badan eksotis erotis ini disentuh seonggok jari bekas upil. Hoek!
So, from all of safety tool that Tuan Davlian are using, can you conclude that it is safe?
Hahaha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar